SEJAK KAPAN JEJAK KAKI telanjang tak bersepatu sampai datangnya trem-trem melaju dengan asap-asapnya dimaknai sebagai kebudayaan sehari-hari yang menarik dikaji dan ditelusuri wajahnya dalam teks sejarah?
Rudolf Mrazek-lah yang mampu mengurai hal remeh temeh ini ke dalam teks teknologi yang nasionalisme tersembunyi mengendap-ngendap keluar dalam bingkai besar koloni/kolonialisme.
Persis yang digambarkan Bre Redana dalam pengantar buku ini, Mrazek coba merayakan hal-hal kecil, trivis, memperlakukan teks dengan cermat serta menempatkan bahasa dalam substansi kehidupan.
Perkembangan trem-trem, munculnya pencacahan penduduk dengan adanya dakstilopati, menjadi ciri dimana perkembangan kebudayaan, perubahan akibat perkembangan ilmu pengetahuan berupa hadirnya lampu-lampu penerang, menara-menara, cermin, sampai berubahnya gaya hidup ditampilkan Mrazek dengan kesaksian-kesaksian para insinyur misalnya Maclaine Pont atau Mas Marco.
Begitu pula hadirnya kaum pesolek lainnya yang menunjukan perubahan gaya berpakaian dimaknai sebagai kaum insinyur yang unggul. Tanda di mana zaman modern mulai menapaki kaki, merangkul negeri koloni.
Kenang-mengenang kehadiran teknologi itu pun disertai dengan penuturan dari Pramoedya Ananta Toer sebagai tokoh yang mengungkapkan betapa hindia belanda ataupun belanda itu sendiri muncul maknanya di pengalaman-pengalaman hidup dibalut dengan keinginan kecilnya menjadi insinyur teknik elektro.
Betapa Pram memaknai radio menjadi kata kunci memahami kenangan dan pengalamannya dalam memaknai Indonesia merdeka dalam nuansa bebas ataupun penjara.
Betul, “Hanya Si Tuli yang bisa mendengar dengan baik!
Sabtu, 29 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Rianto
- Ingin menjadi penulis, jurnalis, dosen. Begitu terobsesi dengan sejarah, sastra, budaya. Emailku riantoanarkhy@gmail.com
Popular Posts
-
"Dewek teh urang Bandung, tas ngumbara ti Nagri Walanda, ayeuna rek balik ka Jawa" , itulah alasan Syafe'i Soemardja ketika di...
-
Kakekku tidak bisa membaca. Eh, nenek juga deh. Katanya mereka lebih memilih bekerja dibanding sekolah. Makanya mereka tidak bisa mem...
-
Hembusan angin yang sayup-sayup telah menyapu debu-debu, membawa terbang seonggok kertas-kertas serta plastik yang dibiarkan teronggok ...
-
"Menghadapi kekejian yang tidak manusiawi, manusia harus melakukan penentangan. Manusia tidak boleh diam. Dia yang diam dan ...
-
Masa lalu berbuku saya adalah masa lalu yang di mana perpustakaan SD di kampung penuh dengan kover-kover buku bacaan anak yang h...
-
Sebelum aku mendongeng untukmu. Aku ingin menonton Ada Apa dengan Cinta bersamamu. Sayang, malam ini aku lelah. Tapi, saat aku...
-
beberapa koleksi buku di rumah November lalu saya bertemu dengan Romo Mudji. Saat itu Romo Mudji sedang duduk-duduk di ruang tunggu ...
-
Pada hari Sabtu, 20 Februari di Galeri Nasional puluhan orang menunggu gong dibunyikan tanda perayaan bedah buku dimulai. Bedah buku bertaj...
-
Tiga lelaki tua itu sedang berdiskusi mengenai keindahan lukisan Raden Saleh. Perdebatannya mengenai pencahayaan yang digunakan Rade...
-
Sudah pasti kita mengenal sederet nama berikut: Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Toto Sudarto Bachtiar, dan W.S Rendra; sebagai tokoh-tokoh...
0 komentar:
Posting Komentar