Sekarang kita ingat mahasiswa sering dicap jelek saat
berdemo. Justru pada saat itulah mahasiswa coba mengaktifkan akal sehatnya
dalam bentuk protes. Justru di situlah
salah satu peran mahasiswa sebagai
bagian intelegensia.
Persis yang dikatakan Arief Budiman dalam aksinya mahasiswa menggabungkan kritik dengan
aksi-aksi massa. Dengan begitu mahasiswa menjadi kekuatan yang terus menjadi
kekuatan yang menentang kekuatan penguasa.
Jika hari ini ada iring-iringan anak muda yang berdemo
berteriak anti sumpah pemuda. Sudah saatnya mahasiswa sebagai pemuda untuk berfikir sehat. Justru di sumpah pemuda
itu bisa kita hayati sebagai fundamen historis mentalitas berpolitik yang mengaktifkan akal sehat kaum muda. Inilah
politik anak muda.
Jika hari ini kita jijik melihat spanduk-spanduk calon
legislatif di jalan-jalan, di tahun politik ini bisa jadi ajang mahasiswa berdialog
dan beradu gagasan dengan mereka.
Jangan-jangan mereka yang di spanduk-spanduk itu ‘monster’ yang siap menyerang
negeri ini dengan praktik-praktik korupsinya. Politik pun hilang titahnya
sebagai penyelenggaraan kemakmuran dan keadilan. Jadi yang kita ingat politik
hari ini adalah politik itu kotor.
Kalaupun jalan politik menjadi jalan membangun negeri,
haruskah mahasiswa mesti aktif di
politik? Pertanyaan mendasarnya politik yang seperti apa? Ahok dalam suratnya
menyebutkan yakni politik yang jujur, bersih dan melayani. Jadilah politikus yang berjuang untuk keadilan
sosial, bukan untuk kekuasaan dan kekayaan (Surat dari dan untuk Pemimpin,
Tempo Institute). Mahasiswa harus berani menjadi politikus.
Terkadang politik itu menjadi barang haram bagi mahasiswa.
Jalan terbaik yang bisa ditengahi adalah apapun profesi yang mahasiswa geluti
kelak maka jadilah yang terbaik dibidang
apa pun. Membangun negeri tanpa orang-orang terbaik sulit dikatakan perubahan
dapat terwujud. Contohnya jika kita
mahasiswa calon guru maka jadilah guru yang terbaik yang wawasannnya luas
dengan terus berliterasi, terus mengembangkan imajinasi anak didiknya. Begitu.
*Tulisan ini masuk di rubrik poros mahasiswa Seputar Indonesia (koran Sindo) 8 November 2013
0 komentar:
Posting Komentar