Kini kita
memasuki tahun politik. Di jalan-jalan mudah sekali menemukan muka ramah penuh senyum di baliho yang memohon do’a restu. Itu artinya kita memasuki tahun gombal para calon legislatif. Calon
legislatif dari partai politik ini merupakan pejabat yang bakal memimpin
jalannya pembangunan lima tahun ke depan.
Kita sering
mengeluh mengapa pembangunan jalan raya yang baru sebulan sudah bopeng aspal-aspalnya. Ternyata pembangunan jalan raya dikorupsi
anggarannya. Pembangunan fisik tidak didukung dengan pembangunan mentalitas pejabat.
Koentjaranigrat mengungkapkan mentalitas
sebagai syarat untuk pembangunan yang bertanggung jawab.
Tengok buku Meraba Indonesia
Ekspedisi Gila Keliling Nusantara, Ahmad Yunus dan Farid Gaban. Kita masygul
dengan kehidupan pulau-pulau terluar di Indonesia. Wajah cantik pembangunan
masih berpusat dan memuja Jakarta. Padahal wajah bopeng pembangunan Indonesia dapat ditemui di daerah
terluar dan perbatasan itu. Contohnya
masyarakat Sebatik, Nunukan, dan Tarakan lebih tergantung terhadap
insfratuktur Malaysia.
Dari situ mereka bertanya akan kinerja pejabat dari pemerintah yang tidak
berpihak pada mereka. Rakyat selalu diobral janji dengan pembangunan yang merata
oleh pejabat saat pemilihan daerah atapun legislatif. Anehnya saat mereka terpilih, sering rakyat disuguhi mentalitas para pejabat yang gemar menjadi turis
pembangunan.
Yakni
pejabat-pejabat yang gemar akan kunjungan di daerah terpencil dan
perbatasan hanya sekedar berfoto. Lalu membekukannya lewat buku-buku laporan
seadanya. Mereka tidak banyak menghabiskan waktu terjun
bersama rakyat. Justru mereka menghabiskan waktu untuk pergi berbelanja dan
liburan di negara tetangga. Sulit rasanya
memeratakan pembangunan jika mentalitas pejabatnya bermental turis pembangunan.
Negara ini
memerlukan pejabat dari partai politik yang serius mengurus rakyat. Pejabat yang peduli dengan keluhan rakyat. Menurut Ahok, hari ini kita tahu bahwa pada umumnya politikus yang
seharusnya menjadi pelayan, sudah budek
(tuli). Mereka bukannya tidak tahu soal kesusahan rakyat tetapi tidak peduli untuk tahu (Surat Dari dan
Untuk Pemimpin, Tempo Institute).
Di tahun politik
ini kita mesti jeli. Banyak monster-monster yang mengobral janji dengan
slogan-slogan membangun desa, memberikan
akses pendidikan dan kesehatan. Kita bisa memilih pejabat
yang blusukan ke masyarakat. Bukan
memilih pejabat bermental turis pembangunan.
*Tulisan ini masuk di Poros Mahasiswa Koran Sindo 16 Januari 2014
0 komentar:
Posting Komentar