Polemik selalu berujung pada tulisan. Kata yang berapi-api, kekesalan, dan pembelaan melalui tulisan. Balas-membalas melalui tulisan/karangan patut kita simak. Eh, nanti dulu, ini bukan polemik antara Martin dan GM loh. Ini mengenai tulisan Hatta yang diterbitkan oleh Bulan Bintang tahun 1975. Tulisan ini merupakan jawaban atas tudingan yang dilontarkan oleh Ny. Vodegel Soemarmah. Kritik Ny. Vodegel Soemarmah atas tulisan Hatta, "Garis-garis pokok bangunan ekonomi dunia" dalam majalah Sin Tit Po. Asik kan intelektual-intelektual dulu perang gagasan melalui tulisan.
Hatta menulis di kata pengantar, "Karangan lama itu muncul sekarang dalam bahasa Indonesia dan akan diterjemahkan oleh sdr. Hazil. Itulah sebabnya karangan lama itu muncul sekarang dalam bahasa Indonesia sesudah 37 tahun dari waktu pertama kali ditulis . Sungguhpun begitu segi ilmiahnya masih dapat membuka pikiran, istimewa bagi pelajar-pelajar Indonesia pada Universitas kita"
Tapi aku ragu kalau karangan ini di baca oleh pelajar-pelajar kita. Ya, ada harapan mungkin bagi mahasiswa jurusan Sejarah, itu juga kalau ngambil skripsi tentang Hatta.
Hatta merespon tudingan Ny.Vodegel Soemarmah yang menyebutkan bahwa seorang Hatta tidak mengerti mengenai perjuangan rakyat. Yang menurut Hatta, Ny.Vodegel Soemarmah tidak mengenal ampun terhadap karya-karya bersifat ilmiah buah pikiran-pikiran borjuis. Artinya Hatta dipandang sebagai yang borjuis.
Hatta coba membalikan tudingan itu dengan memuat karangan ini "Ajaran Marx atau Kepintaran Sang Murid Membeo? Lah, Marx sendiri belajar dari guru borjuis kok. Menurut Hatta teori Marx itu berasal dari guru-guru borjuis. Jadi, Ny. Vodegel Soemarmah kalaupun mengutip karya-karya dari seorang pikiran borjuis berguna hanya untuk membuktikan, "Kepalsuan dari pada apa yang mereka katakan"
Hatta mengetahui Ny. Vodegel Soemarmah hanyalah nama samaran.
Hatta mengatakan, "Saya tahu Tan Ling Djie adalah seorang calon propagandis komunis. Mula-mula setelah tamat H.B.S. ia meneruskan pelajarannya ke Leiden untuk ilmu hukum. Tetapi ia hanya beberapa waktu saja di Leiden. Dari sana ia pergi ke Moskou. Di Moskou ia didik selama 5 tahun menjadi propagandis komunisme. Sesudah itu ia pulng ke Indonesia."
Itulah gambaran Hatta mengeni Ny.Vodegel yang ternyata propagandis komunis tulen. Perang kutipan pun terjadi. Hatta begitu mengecam maksud Ny.Vodegel yang menurutnya, "ia tidak segan-segan memutarbalikan arti daripada kutipan-kutipan saya". (hal 24)
Yang menarik bagiku ketika tulisan Hatta coba membuktikan bahwa analisa-analisa Marx sendiri merupakan turunan dari kutipan-kutipan kaum borjuis. Bukankah sebelum Marx sudah ada yang membahasa tentang perjuangan kelas. Misalnya Revolusi Perancis. Hatta menjelaskan, "Jauh sebelum dia (Marx) perjuangan kelas itu sudah disinyalir oleh seorang pengarang borjuis."
Kutipan-kutipan Marx banyak berasal dari Ricardo. Contohnya, Teori Bunga Tanah Marx berasal dari Ricardo. Teori kemelaratan yang berujung pada teori upah pun berasal dari Ricardo. Mesti begitu menurutku Marx selalu mempunyai kesimpulan berbeda.
Hatta coba mengedepankan pikiran-pikiran Hegel. Jadi menurutku polemik Hatta dan Ny. Vodegel itu layaknya perang bintang antar pikiran Hegel dan Marx. Jadi ya pasti selalu berbeda kesimpulan. Dari cara berfikir yang menuju filsafat mereka akhirnya berbeda kesimpulan. Hatta di buku ini ingin membuktikan kesalahan-kesalahan 'kutipan', cara berfikir dari Ny. Vodegel.
Dan Hatta mengutip Bukharin untuk menghajar pikiran-pikiran macam Ny.Vodegel yang terlalu membeo pikiran utopis Marx. Yang menurutnya penghapusan kelas tidak mungkin terjadi!
Hatta sangat percaya yang batin, yang ujung-ujungnya lari ke keyakinan/kepercayaan, bukankah itu sangat Hegel sekali? Hehehe kali aja. Soalnya Hatta bilang gini, "Yang memainkan peranan adalah keyakinan , kepercayaan, semangat, keikhlasan untuk berkorban dan tifak sedikit idealisme?" (hal 40) Absolut sekali kan.
Yang pasti mengikuti polemik dengan tulisan lebih asyik daripada mengikuti polemik di Televisi. Karena yang ditampilkan Televisi adalah polemik yang sudah dihias dengan mikrofon, meja-meja, dan manusia-manusia kaku yang dibekuan oleh durasi dan iklan!
Jumat, 20 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Rianto
- Ingin menjadi penulis, jurnalis, dosen. Begitu terobsesi dengan sejarah, sastra, budaya. Emailku riantoanarkhy@gmail.com
Popular Posts
-
"Dewek teh urang Bandung, tas ngumbara ti Nagri Walanda, ayeuna rek balik ka Jawa" , itulah alasan Syafe'i Soemardja ketika di...
-
Kakekku tidak bisa membaca. Eh, nenek juga deh. Katanya mereka lebih memilih bekerja dibanding sekolah. Makanya mereka tidak bisa mem...
-
"Menghadapi kekejian yang tidak manusiawi, manusia harus melakukan penentangan. Manusia tidak boleh diam. Dia yang diam dan ...
-
Hembusan angin yang sayup-sayup telah menyapu debu-debu, membawa terbang seonggok kertas-kertas serta plastik yang dibiarkan teronggok ...
-
Sebelum aku mendongeng untukmu. Aku ingin menonton Ada Apa dengan Cinta bersamamu. Sayang, malam ini aku lelah. Tapi, saat aku...
-
Masa lalu berbuku saya adalah masa lalu yang di mana perpustakaan SD di kampung penuh dengan kover-kover buku bacaan anak yang h...
-
Tiga lelaki tua itu sedang berdiskusi mengenai keindahan lukisan Raden Saleh. Perdebatannya mengenai pencahayaan yang digunakan Rade...
-
Pada hari Sabtu, 20 Februari di Galeri Nasional puluhan orang menunggu gong dibunyikan tanda perayaan bedah buku dimulai. Bedah buku bertaj...
-
Sudah pasti kita mengenal sederet nama berikut: Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Toto Sudarto Bachtiar, dan W.S Rendra; sebagai tokoh-tokoh...
-
5 Desember puluhan orang berkumpul di De Rivier Hotel (eks Hotel Batavia Jakarta) berdiskusi dan mengurusi sejarah. Seminar untuk memperi...
0 komentar:
Posting Komentar