Bus Rukun Jaya melaju dengan pelan dari Rawamangun menuju Solo. Kami sengaja dari Jakarta mengunjungi Solo untuk mengikuti Sinau Buku di Bilik Literasi Solo. Sinau Buku berlangsung 16-18 Mei 2014. Sinau buku ini digawangi oleh esais kondang Bandung Mawardi. Rumah sederhana  Bandung Mawardi disulap menjadi ruang pameran buku. Buku-buku lawas itu digantung menghias di ruang utama rumahnya. Buku-buku lawas itu memuat warisan perjalanan sejarah pendidikan Indonesia. Melalui buku Bandung Mawardi mengajak kami untuk merawat ingatan tentang sejarah pendidikan  Indonesia.

Lebih dari 150 buku lawas tentang pendidikan dipamerkan di rumah Bandung Mawardi. Buku lawas itu terdiri dari buku terbitan 1920-1980-an. Lawas, namun merawat pikiran untuk eling sejarah pendidikan. Sinau buku dihadiri oleh mahasiswa, peminat kajian pendidikan, dan dosen. Bandung Mawardi pun memberikan selebaran menarik Ora Weruh. Buletin Ora Weruh berjudul Ngopeni ini merupakan buletin khusus berisi esai tentang buku-buku lawas pendidikan.   

Hamzah mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris UNJ mengatakan kaget dengan buku-buku yang dipamerkan oleh Bandung Mawardi. Buku-buku lawas yang menghampiri matanya itu tak pernah dilihatnya bahkan sulit ditemui di perpustakaan LPTK. Yunan mahasiswa hukum di Universitas Semarang pun demikian. Ia kagum melihat koleksi buku-buku pendidikan yang dipamerkan oleh saudagar buku Bandung Mawardi.

Jalan Literasi

Sinau buku dimulai dengan orasi pendidikan yang dilontarkan oleh Fauzi Sukri. Esais peminat kajian pendidikan dari Bilik Literasi Solo ini memaparkan dan menata ingatan tentang sejarah buku-buku penting pendidikan yang pernah menghias Indonesia. Fauzi Sukri mengingatkan tentang buku lawas macam Mendidik dari Zaman ke Zaman  (1953) karangan Muhammad Said merupakan buku pendidikan yang penting. Pun roman Manusia Bebas (1975) karangan Suwarsih Djojopuspito yang sudah dilupakan. Setyaningsih santri Bilik Literasi Solo mengungkapkan buku lawas The Liang Gie berjudul Cara belajar yang Efisien menjadi buku pengingat mahasiswa tentang makna belajar. Buku manjur khusus mahasiswa ini menjadi ingatan sejarah tentang buku penting panduan menjadi mahasiswa pembelajar. 


Priyadi santri dari Bilik Literasi Solo  pun memaparkan orasi pendidikan menarik dengan mengajak menelusuri sejarah pendidikan Indonesia melalui buku sastra. Priyadi mengungkapkan dengan apik buku-buku sastra yang merekam kisah pendidikan Indonesia. Misalnya buku-buku Ashadi Siregar, cintaku di kampus biru. Begitupula buku lawas Para Priyayi karangan Umar Kayam dan Student Hidjo karangan Mas Marcokartodirdjo. Menurut Priyadi, buku-buku sastra seperti itu patut dibedah. Karena buku sastra seperti itu mempunyai cerita sejarah berlatar kisah pendidikan.

Sinau buku pun membedah buku terbaru dari Bandung Mawardi yakni Pendidikan: Tokoh, Makna Peristiwa. Buku yang diterbitkan oleh jagat ABJAD ini merupakan kumpulan esai Bandung Mawardi tentang pendidikan yang pernah nangkring di koran-koran macam Tempo, Jawa Pos, Koran Seputar Indonesia, Suara Merdeka. Solopos, Joglosemar. Tulisan-tulisan Bandung menyoroti pendidikan Indonesia dari hal yang sepele. Contohnya tulisannya yang berjudul Bias Iklan Universitas menjadi renungan refleksi bagi kita untuk menyadari bahaya iklan-iklan pendidikan yang marak untuk memikat  perhatian publik dan mahasiswa. Tulisan-tulisanya pun banyak memuat tokoh-tokoh biasa macam Pak Kasur.

            Budiawan alumnus PBSID FKIP UMS mengatakan tulisan-tulisan Bandung Mawardi menjadi refleksi bagi dirinya dan kita semua yang bergelut di bidang pendidikan. Rahmah, dosen Bahasa Indonesia UNJ mengatakan Bandung Mawardi ulet menelusuri pustaka dan pilihan kata dalam tulisan-tulisannya.“Ini menunjukan pertanggungjawaban intelektual  Bandung Mawardi melalui karya buku,” kata Rahma.


            Sinau buku berupa pameran buku pendidikan, orasi pendidikan, dan bedah buku di Bilik Literasi Solo ini membawa serpihan ingatan-ingatan sejarah pendidikan. Ini menjadi usaha memaknai pendidikan dari sejarah yang dikontekstualkan dengan pendidikan hari ini. Tentunya usaha ini merawat ingatan akan jejak-jejak pendidikan Indonesia melalui jalan literasi.