Sebelum aku mendongeng untukmu. Aku ingin menonton Ada Apa dengan Cinta bersamamu. Sayang,  malam ini aku lelah. Tapi, saat aku membuka kembali buku-buku kita yang begitu merayu mata untuk dibaca, sekaligus melihat kamu yang hidup dengan lampu-lampu rumah kita. Aku kembali bangkit. 

Sebelum aku bercerita, aku ingin minum teh hijau dan duduk bersamamu. Dalam dongeng kali ini, Aku adalah kekasihmu. Aku bukanlah AKU dalam sajak penyair hebat itu. Aduh, aku ingin nonton Ada Apa dengan Cinta dulu sayang. Kamu pasti ingat dengan adegan di kwitang. Ah, buku itu, ya buku berjudul “Aku” karangan Sumanjaya pernah aku memiliknya. Tapi entah kemana buku itu hilang, atau mungkin ada yang meminjamnya. Semoga berguna baginya. Dari buku itu Chairil seperti dihidupkan kembali secara pop.
 
Tapi, yang aku pikirkan, tubuh kosmologis kita pernah jua seperti itu. Kita pernah juga bermandikan buku-buku. Kita berjalan berdua berharap mirip orang-orang intelektual. Berharap menjadi manusia bebas dengan buku dan kata. Aku kangen dengan itu. Kita manusia berkata-kata.

Aku tidak bisa membacakan Sajak-sajak Chairil Anwar untukmu. Sebab aku bukan penyair.  Namun sketsa-sektsa  garang tentang kebebasan, kemerdekaan, dan kemanusiaan  dalam larik-larik sajak Chairil,  kisah hidupnya yang dituturkan,  dapat aku bacakan untukmu. Agar kita mampu mengerti kehidupan bermodal dari kata dan cerita. 

Chairil Anwar adalah pelopor puisi modern angkatan 45.  Begitu ia disangka, dilaporkan dan disebutkan. Kamu pernah mendengar nama Chairil Anwar kan? Eh, kamu tersenyum lugu. Baiklah, begini.

Mia Bustam dalam buku Sudjojono dan Aku, pernah bercerita kekonyolan Chairil. Ia mendatangi Sudjojono untuk dipotret. Sudjojono pun meminta Chairil untuk membawa cat sendiri. Chairil pun membawa itu. Ternyata cat yang dibawa oleh Chairil adalah cat milik tentara jepang.  Chairil memang gila bukan hanya puisinya tapi juga kelakuannya.

H.B Jassin dalam bukunya “Tifa Penjair dan Daerahnja” (1949) menyebutkan Chairil adalah Bom yang meletus di tengah ketenangan.  Bentuk dan irama dari sajak  Chairil dilacak oleh Jassin bermula dari sejarah. Inilah yang ingin aku ceritakan padamu sayang. Sejarah, aku selalu ingin mendongeng untukmu. 

Bicara sastra, sama dengan bicara sejarah. Sejarah sastra Wah, Ariel Heriyanto pernah menulis makalah hebat yang mengulik perbedaan Sejarah, Sastra, dan Sejarah Sastra. Mungkin dari situ kita bisa mengecup hangat perbedaaan sentuhan  apa yang akan kita bicarakan sastra atau sejarah sastra.

Jujur sayang, aku lebih tertarik mengurusi Chairil dari buku-buku pelajaran sastra. Nah, aku dari situ ingin menelusuri kembali jejak-jejak Chairil dari sekolah. Kita begitu lugu umtuk dikenalkan oleh guru, ini loh Chairil, ini loh Pram, ini loh... Tapi kita miskin akan jejak-jejak kisah Chairil. Kita berhenti pada LKS dan buku paket.

Waktu aku ke nggladak Solo,  aku kaget, saat menemukan buku-buku pelajaran sastra tahun 60-80 an. Aku merasa buku-buku ini sudah tak tercetak, disebar, dan dijadikan pegangan oleh guru dan murid abad 21 ini. Kita generasi toean Soeharto. Jadi, aku ingin bercerita untukmu bermula dari buku-buku pelajaran berbahasa EYEDE. Ya aku juga mendapatkan pelajaran buku sastra karangan B.Simorangkir  langsung diperiksa oleh empu A.Teeuw. Tetapi saat aku membacanya lembar-demi lembar buku berbahasa  ejaan Soewandi itu lebih garang. Nanti aku ceritakan di kisah selanjutnya.

Nama Chairil Anwar dalam buku-buku pelajaran selalu disebut sebagai tokoh utama dalam kesusateraan angaktan 45.  Dalam buku Kesusteraan-Indonesia  untuk Sekolah Lanjutan Pertama itu Chairil katanya pendidikannnya tidaklah tinggi. Beuh, orang tak berpendidikan tinggi menjadi orang hebat masuk dalam buku-buku pelajaran. Hebat.

  Chairil Anwar adalah pembelajar. Buku  terbitan dalam dan luar negeri dilahapnya.  Orang-orang yang garang dalam membaca  memang layak dicatat dibuku-buku.  Tapi Chairil, kami adalah generasi instagram,  siswa-siswa sekarang lebih bangga membawa android dibanding buku-buku karanganmu.

Beberapa hari lalu, aku ingin bilang padamu. Aku mendapatkan buku kumpulan puisimu Kerikil Tajam yang Terhempas dan Yang Putus (Dian Rakyat, 2000) hanya dengan harga lima ribu rupiah. Aku begitu ingin mengkoleksi karya-karyamu. Aku memang tidak bisa membaca puisi. Tapi aku ingin menjadi pengumpul imaji kisah-kisahmu.  Mendongeng tentangmu kepada kekasihku, orang tuaku, teman-temanku, bahkan ke anakku kelak. Aku ingin ia tahu bukan hanya naruto yang berpengaruh bagi imajinya, Chairil anwar pun jua. Anakku harus menggendong karya hebat itu.

Jejak Chairil Anwar juga ada di Buku Peristiwa Sastra Indonesia karangan  Soetarno (1976). Sebenarnya buku ini dicetak pertama kali tahun 1965. Wah, Chairil dihidupkan dalam imajinasi anak-anak sejak tahun itu. Soetarno mengatakan Chairil Anwar terkenal sejak sajaknya ditafsir oleh HB Jassin serta,
“Sajak-sajaknya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Terjemahan-terjemahan itu melalui bahasa Belanda oleh Dolf Verspoor dalam majalah Orientatie” 

  Buku-buku pelajaran ini begitu hebat bagi zamannya. Menurutku, buku-buku pelajaran sastra seperti ini sudah jarang ditemukan dan sebarkan di sekolah. Bahasa hidup, sastra mati disekolah! Karena sekolah lebih banyak mengajarkan EYEDE daripada SASTRA.

Sayangku, aku bersedih. Kamu tahu, lembar-demi lembar buku pelajaran ini mengembalikan pikiran bocah kita.  Sampai di akhir halaman, aku menemukan buku pelajaran seperti ini dicantumkan surat keputusan PANGDAM yang melarang buku-buku sastra hebat. Kamu juga pasti bersedih, bayangkan sayang, jika kita tetap hidup di zaman di mana buku-buku Pram macam Bumi Manusia yang pernah kau baca itu dilarang oleh militer masuk ke sekolah-sekolah. Ah, buku Di Tepi Kali Bekasi itu yang urung aku miliki akibat harganya di jual dengan gila juga masuk daftar yang dilarang. 

 Aku kira sepatu militer kejam di lapangan saja, ia pun masuk di halaman buku-buku pelajaran untuk menginjak, melarang kita  membaca buku-buku hebat. Buku adalah politik. Manusia dilarang menjadi serigala kata-kata.  

Tadi pagi aku membaca buku Sobron Aidit berjudul “Melawan dengan Restoran”.  Chairil Anwar adalah salah satu sosok yang berpengaruh bagi Sobron Aidit.  Chairil bagaimana kau akan menjawab bahwa karangan hebat Sobron Aidit dilarang oleh militer jika kau benar-benar hidup seribu tahun lagi? Aku ingin kau menjawab itu, agar aku bisa berkisah, bercerita berkata-kata untuk orang-orang yang aku cintai mengenai jawabanmu. 

Kekasihku apa kau juga tahu? 

Jawablah

Baiklah, kita tidur saja. Kau hanya tersenyum. Sayang, lelaplah dengan kata-kata.....