"Dewek teh urang Bandung, tas ngumbara ti Nagri Walanda, ayeuna rek balik ka Jawa", itulah alasan Syafe'i Soemardja ketika diperiksa polisi perbatasan dalam perjalanan pulangnya ke Indonesia.

Kita mungkin jarang mendengar sosok sunda kelahiran Bandung ini. Kita lebih mengenal orang-orang yang belajar di negeri Belanda adalah tokoh-tokoh besar seperti Ki Hadjar Dewantara, Hatta, ataupun Tan Malaka. Melalui buku berwajah lukisan Syafei yang ditulis Samsudi yang tercap sekolah ini mungkin beku di perpustakaan-perpustakaan. Kita tidak pernah membacanya.

Buku ini banyak mengisahkan perjalanan hidup Syafei Soemardja saat belajar di negeri orang.  Cita-citanya sebagai murid di sekolah guru gagal saat ujian di Purwakarta. Pada akhirnya nasib baik kembali mengahampiri Syafei. Ia ikut ujian sekolah guru di Mester (Jatinegara), hingga akhirnya lulus menjadi guru. Ia sempat mengajar satu tahun di daerah Kedawung Karawang. Ia pun bercita-citaa lebih tinggi lagi. Oh, Ia ingin bersekolah di negeri Belanda. Atas bantuan  Dr G.J.Nieuwenhuis ia belajar di Sekolah Guru Gambar di Amsterdam. Begitu pula temannya Adam Bachtiar.

"Jika nanti aku telah lulus dan mendapat izazah dari Sekolah Guru Gambar," katanya, "Aku akan menjadi guru gambar di salah satu perguruan tinggi di Indonesia untuk mendidik dan memajukan pemuda-pemudi yang berbakat seni itu." (hal 56)

Menarik jika kita membaca pengalaman hidup Syafe'i, terutama saat ia mengenalkan kebudayaan Indonesia, terutama kebudayaan sunda berupa wayang golek, tari bajing luncat.  Adam Bachtiar sahabatnya di Belanda pun  mengenalkan kebudayaan minangkabau. Saat liburan sekolah di Belgia, berdua mereka sering mengisi ceramah-ceramah.

"Yang diceramahkan oleh kami di hadapan para cendikiawan Belgia bukanlah hal yang pelik-pelik" Ungkap Syafei, " Hanya Soal -soal yang biasa saja, yang sudah kami ketahui di Indoensia, seperti : soal perayaan pekawinan, soal caraanya orang dikhitan,  soal selatan anak yang baru dilahirkan, cara membakar mayat di Bali dan sebagainya."(hal 68)

Buku ini menjadi penyambung narasi bagi kita yang ingin mengetahui pendidikan kolonial. Terlebih ini tentang cerita  Syafe'i Soemardja seorang ketua pertama Persatuan Guru (Sekarang PGRI). Walaupun kisahnya lebih ke pribadi Syafe'i sendiri. Tabik!